Sulaksono, Dwi Putro. Determinisme Dan Perubahan Kebudayaan: Studi Antropologi Dayak Desa Hutan Kalimantan, 2008; Scripta Cendikia, Banjarbaru.

 image0091

Determinisme Dan Perubahan Kebudayaan:

Studi Antropologi Komunitas Dayak

Desa Hutan Kalimantan.

vi + 138 halaman; 20,5 x 28 cm                                  

Apendix; Glossary; Index

Rp. 50.000,-                                

 

ISBN: 979-17090-7-6

 

Penerbit:

Scripta Dendikia

Balitra Jaya Permai V.01

Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Telepon: 085751319181

E-mail: scriptacendikia@yahoo.com

 

Geomorfologi Kalimantan Selatan terdiri dari satuan bentuk lahan dataran alluvial pantai yang terjadi akibat kegiatan proses marine, seperti arus dan gelombang serta pasang surut air laut antara lain betinggisik (beachridges) dan dataran alluvial yang merupakan bentukan asal denudasi yang terjadi akibat proses gerak massa batuan serta proses deposisi yang umumnya terjadi pada daerah yang berlereng, seperti pada perbukitan Meratus. Dalam satuan bentuk lahan yang demikian itu, suku-suku bangsa Dayak Ngaju dan Maanyan dengan ciri-ciri Malayan Mongoloid dan Austro-Melanesian, suku-bangsa asli Kalimantan Selatan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan orang Banjar menata lingkungan pemukimannya. Petani pedesaan tradisional yang diasumsikan oleh Erick Wolf menerima takdirnya untuk dilahirkan di atas sebidang tanah dan hidup subsisten dengan memanfaatkan teknologi lingkungan secara sederhana, sekarang ini mulai mengalami berbagai peristiwa recurrent di dalam menentukan arah pada tiap-tiap base line of acculturation nya menuju kepada pertumbuhan penny capitalism dengan berbagai pengelolaan usaha korporasi dan entrepreneur melalui mekanisme perbankan dan sebagian petani pedesaan justru sedang menghadapi sebuah persoalan discurse dan sedang berusaha membebaskan diri dari takdirnya itu di dalam mengelola ekonomi domestik. Munculnya individu-individu progresive pada berbagai aktivitas produksi serta berbagai peristiwa sosial yang terjadi berulang-ulang (recurrent processes) telah merubah pandangan hidup tradisional masyarakat desa menjadi ‘ethos kerja produktif’. Phenomena serta perubahan yang terjadi di dalam sistem budaya dan sistem sosial pada masyarakat desa secara sinkronik dan diakronik, melalui strategi pendekatan diffussionalism dan phenomenology telah menjadi pokok perhatian utama dalam tulisan ini. Proses dinamika kebudayaan yang terjadi pada setiap base line of acculturation dalam masyarakat desa itu kemudian dipahami sebagai suatu proses menentukan arah menuju pada perubahan kebudayaan (directional process to culture change) dalam perkembangan corak hidup dan bentuk masyarakatnya.

 

Orientasi nilai budaya dipahami melalui pola-pola khusus (universal patterns) di dalam tindakan dan aktivitas kebudayaan manusia yang terdiri dari infrastruktur, struktur, dan superstruktur di masyarakat. Komponen-komponen ethic dan behavioral dalam pola-pola khusus tindakan dan aktivitas kebudayaan manusia itu kemudian dirumuskan ke dalam dua skema dasar, yaitu: a) core yang terdapat di dalam suatu infrastruktur berupa mode of production dan mode of reproduction, serta struktur di dalam ekonomi domestik dan ekonomi politik; b) superstructure yang berada di dalam komponen-komponen menthal and behavior dari aktivitas berpola di dalam kebudayaan manusia, seperti: musik, seni, tari, ritual dan sebagainya (Murdock et. al., 1961; ch. Steward, 1955).

 

Pengelolaan ekonomi politik dengan ciri-ciri egalitarian pada suku-bangsa Dayak Ngaju dikenali melalui aturan hubungan resiprositi dan redistribusi hasil-hasil produktivitas perekonomian desa yang dilakukan dalam pola pengaturan hubungan kekerabatan. Dalam bentuk stratified pengelolaan ekonomi politik dilakukan dengan menciptakan hubungan pertemanan dalam bentuk usaha korporasi dan enterpreneur. Pola stratified juga diperoleh melalui hubungan perkawinan (affinity) serta fungsi keluarga luas di dalam memberikan pengawasan pengelolaan ekonomi keluarga, jumlah tenaga kerja serta jaminan pengawasan terhadap pengelolaan joint usaha bersama dalam pengembangan harta komunal dan properti lainnya yang diperoleh sebagai bride exchange dari pemberian mas kawin dan jaminan perkawinan yang nilainya cenderung berfluktuasi. Pembangunan ekonomi politik masyarakat Dayak Ngaju dengan strategi pendekatan cognitivism, historical particularistic, dan dialectical-materialism disajikan melalui model pembangunan berkelanjutan.